Samurai (Kastel Awan Burung Gereja)
oleh Takashi Mitsuoka.
Apakah kemampuan meramal itu sebuah berkah ataukah sebuah laknat ? dan apakah semua hal bisa diramal ?. Ternyata mempunyai kemampuan meramal tidak selalu membuat hidup ini bahagia. Begitulah salah satu pesan yang dapat kutangkap setelah membaca sebagian dari Novel karangan Takashi Mitsuoka berjudul "Samurai, Kastel Awan Burung Gereja".
Cerita di buku ini berlatar belakang waktu Keshogunan Tokugawa berada pada akhir hayatnya, yaitu sekitar tahun 1861-1867. Buku ini berkisah mengenai Genji, seorang bangsawan Agung Akaoka yang termasuk klan Okomuchi, klan yang kalah dalam pertempuran Sekigahara pada tahun 1600. Walaupun klan nya termasuk klan yang kecil dan tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menyerang keshogunan Tokugawa, tetapi reputasi mengenai kemampuan meramal dari tiap generasi pimpinan klan ini membuat klan ini disegani.
Genji dan leluhurnya ditakdirkan mempunyai kemampuan meramal masa depan. Berturut-turut dari kakeknya, Lord Kiyori, lalu pamannya Shigeru, dan terakhir dirinya. Ternyata kemampuan meramal ini membuat pamannya - Shigeru - menjadi berkelakuan beringas setelah mengetahui beberapa hal yang terjadi di masa mendatang. Meracuni Lord Kiyori, ayahnya sendiri, lalu membunuh keluarga mertuanya, istri, bahkan dua anak perempuan dan satu anak laki-lakinya.
Genji sendiri diramalkan oleh kakeknya, Lord Kiyori bahwa ia akan mendapatkan 3 pertanda sebagai ramalan dalam hidupnya, dan ia akan menjadi Bangsawan Agung Akaoka terakhir. Novel ini bercerita mengenai lika-liku perjalanan Genji mengikuti jalur nasib yang telah diramalkan dalam pertanda yang didapatnya.
Setelah sekian tahun sejak membaca buku 'Taiko' karangan Eiji Yoshikawa , akhirnya sekarang kembali lagi merasakan suasana dan kesenangan yang sama dalam membaca novel. Tetapi kalau dibandingkan dengan Taiko, novel ini memunculkan selera humor yang tepat pada beberapa tempat.
Taiko menurutku murni menggali keseriusan pembacanya dalam menyikapi alur cerita yang heroik. Sementara novel Samurai ini cukup banyak menggali sisi humanis dari manusia dan masyarakat, sisi konflik akibat pertentangan budaya dan perubahan pemikiran yang diakibatkan olehnya. Walaupun di sedikit tempat di novel ini tidak meninggalkan ciri khas penceritaan perang zaman Edo/Tokugawa yang penuh dengan kekejaman, kesetiaan sampai mati, ritual bunuh diri. Banzai...!!!
Ini nih beberapa tokoh utamanya.
Genji, Heiko, Kuma, Kawakami, Mukai, Taro, Emily Gibson, Mathew Stark, Zhepeniah Cromwell Jimbo a.k.a Ethan Cruz., Hide, Shohaku, Hanako Lady Shizuka Manuel Cruz
Satu lagi yang aku ambil pelajaran dari novel ini adalah waktu akan terus berganti, melahirkan anak-anak zamannya sendiri, akan tetapi nilai-nilai yang baik dan benar itu pasti akan tetap langgeng. Klise sepertinya, tetapi itulah yang semestinya terjadi..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment